Selasa, 11 Februari 2014

Metamorfosis Badan Pusat Statistik (BPS)





Reformasi Birokrasi (RB) pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang semakin gencar disuarakan akhir-akhir ini menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh insan BPS. Seluruh insan BPS “harus” memiliki kemauan untuk bekerja keras menciptakan sebuah perubahan tata kelola pemerintahan yang baik untuk terciptanya pelayanan publik yang lebih baik. Roh dari program reformasi birokrasi itu sendiri pada intinya adalah adanya perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan tata kelola pemerintahan ini dapat terwujud jika seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) BPS memiliki pola pikir, budaya kerja, dan perilaku yang profesional, berintegritas, dan amanah sesuai dengan nilai-nilai inti BPS.

Secara perlahan tapi pasti BPS mulai bermetamorfosis. Mengimplementasikan nilai-nilai inti BPS (Professional, Integritas, Amanah) yang merupakan pondasi yang kokoh untuk membangun jati diri dan penuntun perilaku setiap insan BPS dalam melaksanakan tugas diharapkan akan menciptakan insan BPS yang professional serta menciptakan budaya kerja BPS. Budaya inilah yang sejatinya menjadi jati diri BPS yang akan membedakan BPS dengan institusi lainnya sekaligus mengubah paradigma masyarakat mengenai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sulit memang tetapi tidak berarti mustahil. 

Proses metamorfosis BPS terlihat jelas dengan peningkatan sarana dan prasarana BPS seperti pembangunan dan rehab gedung kantor (sesuai prototype), satu komputer jinjing (Laptop) untuk satu Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), kendaraan dinas baru, mesin handkey sampai tingkat BPS Kabupaten. Prototype kantor BPS berdiri megah seakan tersenyum hangat menyambut setiap pengunjung yang datang. Kelengkapan fasilitas (ruang perpustakaan dan layanan) dan penggunaan teknologi informasi, selalu siap memberikan pelayanan terbaik. Sungguh hal yang amat membanggakan. Perubahan ini tidak sampai di situ saja, bahkan BPS sampai mengubah struktur organisasinya.

Di sisi lain, BPS juga sedang mengalami perubahan budaya kerja. Implementasi PIA dalam pekerjaan sehari-hari akan mengganggu insan BPS yang telah kadung nyaman dalam comfort zone-nya. Dengan ini BPS diharapkan dapat tetap eksis mengikuti perubahan zaman. Seperti halnya, Dinosaurus punah bukan karena lemah tetapi karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, kita (insan BPS) harus berubah. 

Perubahan-perubahan itu nyata seperti disiplin waktu kerja (disiplin masuk dan pulang kantor) dengan mesin handkey sampai tingkat kabupaten. Peningkatan kapasitas insan BPS dengan pelatihan dan pendidikan baik tugas belajar maupun ijin belajar. Pelaksanaan Video Conference (Vicon) memperlancar komunikasi BPS dengan efisien menembus ruang dan waktu. 

Kegiatan BPS saat ini semakin padat dan bertumpuk. Standard Operating Prosedur (SOP) kegiatan yang diterapkan kadang tidak “ideal” di lapangan menjadi tantangan tersendiri bagi insan BPS. Sebuah konsekuensi tugas yang tidak dapat dielakkan. Dalam menghadapi hal-hal tersebut dibutuhkan moral dan orientasi bekerja yang tangguh. Itulah perlunya kita menghidupi PIA. Dengan banyaknya tantangan dan tekanan inilah jati diri kita semakin teruji.

Sumber gambar: Sekadaukab.bps.go.id
Title: Metamorfosis Badan Pusat Statistik (BPS); Written by andy; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terkait

”” ”” ”” ””

Komentar Sahabat